Rembang, Jawa Tengah – Sebuah tradisi unik dan penuh makna masih lestari di beberapa desa di Jawa Tengah, khususnya di wilayah Desa Mojowarno, Kaliori, Rembang, dan sekitarnya. Tradisi ini dikenal sebagai “Dawetan” atau juga disebut “Dawet i Anak Sapi”, yaitu sebuah ritual sederhana yang dilakukan oleh pemilik ternak saat seekor anak sapi baru saja lahir.
Tradisi ini bukan hanya sekadar acara minum dawet bersama. Lebih dari itu, dawetan merupakan bentuk ungkapan syukur kepada Tuhan atas kelahiran anak sapi yang sehat. Dalam budaya masyarakat pedesaan Jawa, sapi bukan hanya hewan ternak biasa, tetapi juga dianggap sebagai aset berharga yang dapat menunjang perekonomian keluarga.
Biasanya, tradisi ini dilakukan sehari atau dua hari setelah anak sapi lahir. Keluarga pemilik sapi akan membuat dawet, minuman khas Jawa yang terbuat dari cendol, santan, dan gula merah cair. Dawet kemudian dibagikan kepada para tetangga, sanak saudara, dan warga sekitar, sering kali disertai dengan jajan pasar atau makanan ringan lainnya.
“Ini sudah tradisi turun-temurun dari nenek moyang kami. Setiap kali sapi melahirkan, kami membuat dawet dan membagikannya. Biar rezekinya lancar, sapinya sehat,” ujar Sunardi (62), warga Desa Mojowarno, Kaliori.
Tak ada doa atau upacara khusus dalam dawetan. Namun, kehadiran warga dan keluarga yang datang untuk menikmati dawet bersama menjadikan momen ini sarat dengan nilai kebersamaan, gotong royong, dan kekerabatan. Selain itu, kepercayaan lokal menyebutkan bahwa dengan melakukan tradisi ini, sapi akan dirawat dengan baik dan terhindar dari penyakit.
Menurut Tokoh Masyarakat Adat setempat, dawetan merupakan bagian dari budaya agraris yang menekankan harmoni antara manusia dan hewan ternak. “Tradisi ini adalah contoh bagaimana masyarakat Jawa menghargai kehidupan dalam segala bentuknya, termasuk kelahiran seekor sapi,” kata H. Ahmad Satip.
Di tengah arus modernisasi dan industrialisasi, dawetan tetap bertahan sebagai salah satu kearifan lokal yang mempererat hubungan sosial sekaligus menjaga warisan budaya Jawa. Tradisi ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai tradisional masih memiliki tempat penting dalam kehidupan masyarakat pedesaan hingga saat ini.[]