Mojowarno - ; Ada tradisi di masyarakat Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, yang masih terus dijaga dari zaman nenek moyang hingga sekarang. Salah satunya adalah tradisi Ngalungi Sapi.
Tradisi tersebut ditandai dengan membuat ketupat dan lepet yang dikalungkan ke sapi.
Biasanya acara tersebut digelar pada Selasa Kliwon atau Jumat Pahing yang diadakan setiap selapanan hari sekali
“Tujuannya zaman dahulu sapi dibancaki, terutama yang dipakai di sawah. Sapi dibawa ke sawah. Lalu dikalungi kupat lepet,” ujar H. Ahmad Satip, tokoh masyarakat di Desa Mojwoarno, Kecamatan Kaliori, Rembang.
Ahmad Satip mengatakan, bagi masyarakat di Desa Mojowarno serta masyarakat Rembang dan sekitarnya, sapi dan kerbau merupakan "Rojo Koyo' sehingga harus dirawat dan digelar bancakan atau tasyakuran.
“Sapi kan kayak raja, makan tinggal makan, tidak seperti manusia,” kata Ahmad Satip.
Menurut Ahmad Satip, tradisi ini tersebut terus dilestarikan hingga sekarang meski perkembangan zaman terus mengalami perubahan. Dengan begitu, masyarakat Desa Mojowarno mampu melestarikan tradisi nenek moyang itu hingga sekarang.
Tak hanya di Desa Mojowarno, tradisi itu juga banyak dijumpai pada beberapa desa di wilayah Kecamatan lain di Kabupaten Rembang. Tradisi itu dimaksudkan agar sapi-sapi petani selalu diberi kesehatan dan dapat membantu pekerjaan di ladang dan pertanian.
Dalam ritualnya, sapi-sapi milik warga digilir keluar kandang secara bersama-sama menuju tanah lapang. Ajang tersebut sekaligus menjadi sarana kompetisi dalam usaha beternak sapi.
Disiapkan ketupat dan lepet yang sudah dimasak dari rumah sebelumnya, untuk dijadikan 'rayahan' atau diperebutkan oleh masyarakat banyak guna mendapat berkah dan beberapa juga dikalungkan di leher sapi-sapi mereka.
Simbolisme ketupat melambangkan ketulusan hati; sedangkan lepet melambangkan kesuburan dan kemakmuran. Upacara ini merupakan wujud syukur kepada Tuhan dan harapan agar sapi tetap sehat dan berkembang biak.
Tradisi ini juga membawa fungsi sosial dan religius, mempererat silaturahmi antar petani dan melatih nilai-nilai agama serta cinta kasih terhadap makhluk ciptaan Tuhan
Tradisi masyarakat ini, juga sempat di bahas dalam salah satu judul skripsi strata satu di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muria Kudus, Lilik Yuliana, warga asli Desa MOjowarno mengambil perspektif pendidikan dan karakter bagi anak, dalam tradisi ngalungi sapi. berikut ringkasan yang dipublikasikan oleh Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISP).
Dan dalam kesempatan yang lain juga, menjadi sebuah liputan menarik oleh salah satu TV swasta nasional. cukup bagus untuk di ulas dan mengulik salah satu tradisi masyarakat yang masih terjaga ini. berikut liputannya :